Senin, 11 April 2016

KOIL MENGHENTAK BOYOLALI

Tahukah kamu dimana Boyolali itu? Mungkin banyak yang belum tahu dimana letak Boyolali. Boyolali sebenarnya lumayan terkenal, sering disebut sebagai kota kecil penghasil susu di Jawa Tengah. Terletak di kaki Gunung Merapi dan Merbabu atau sekitar 15 KM dibarat Kota Solo.

Boyolali memang cukup terkenal, namun bukan untuk urusan scene/acara music underground/rock/indie sejenisnya (bukan music yang melo-melo ya...), boleh dibilang scene music ini sepi di Boyolali. Dahulu kalo tidak salah pernah suatu kali NETRAL tampil di GOR Boyolali, tapi lupa angka tahunnya kemungkinan sekitar tahun 2000/2001. Itu sudah heboh banget, ndes! (sebutan untuk "kawan" di boyolali). Setelah itu seingat saya tidak ada Band Tersohor yang maen di Boyolali. Pernah suatu kali The Rain maen juga di Boyolali, tapi itu tidak saya hitung... hehehe...
KOIL
Tanggal 10 Oktober 2015, berlokasi di Alun-alun Boyolali akhirnya tampillah sebuah Band tersohor dan legendaris, dan mungkin satu-satunya Band dengan ciri khas Industrial main di Boyolali. KOIL, ya itulah band yang saya maksud, otomatis saya menyambutnya dengan sukacita.. :D. Sekilas tentang KOIL, adalah band Rock Industrial yang berasal dari Bandung, berdiri pada tahun 1993 dengan formasi awal Otong (Vokal), Donni(Gitar), Ibrahim Nas (Gitar/Bass), Leon (Drum) + Adam (Bass - masuk 2007). Penggunaan pakaian kulit Costumized, dominasi warna hitam, aksesoris logam/metal, sepatu bot tinggi dan yang lain identik dengan industrial gothic terlihat menjadi bagian dari tampilan panggung mereka. Ciri khas music mereka adalah menggunakan sampling-sampling suara-suara aneh seperti suara besi dipukul, suara kuntilanak, suara khotbah pendeta, suara mesin rusak dan berbagai suara aneh lainnya, ditambah penari latar yang sexy dan dipadukan dengan sampling synthesizer serta alunan rock sehingga menjadi berisik dan riuh namun tetap melodis. KOIL memadukan seni pertunjukan fashion, tari dan lagu dalam sebuah konsep yang matang dan gelap, sesuatu yang langka saat itu. Sampai televisi swasta MTV tertarik memberikan kesempatan KOIL tampil di MTV Music Award 2003, kesempatan yang sangat langka untuk sebuah band indie saat itu bisa tampil di MTV. Bahkan pada Majalah Rolling Stone Indonesia edisi #56 terbitan Desember 2009 yang memuat mengenai 150 Lagu Terbaik Indonesia, satu lagu KOIL berjudul Mendekati Surga dari album Megaloblast masuk sebagai salah satu lagu terbaik. Prestasi yang cukup mentereng untuk sebuah band yang sangat malas membuat album ini.

Untuk para Tentara KOIL/KOIL Killer (sebutan untuk fans KOIL), beruntunglah kalian bisa menonton pertunjukan "humor" KOIL di Boyolali. Saat itu saya berhalangan untuk nonton KOIL karena ada hal yang lebih penting yang saya lakukan. Namun sebelumnya di tahun 2012 saya menyempatkan diri nonton KOIL AKUSTIC RECITAL di Bandung, konser tunggal KOIL dalam bentuk akustik. Cukup mewah. Jadi bisalah kita mencari uang dahulu kemudian bersuka-ria dan bersenang-senang bersama KOIL di kesempatan yang akan datang.

Foto: Arie (Google)

Kamis, 07 April 2016

ASAL - USUL BOYOLALI

BOYOLALI adalah sebuah Kabupaten kecil di Jawa Tengah. Asal usul Boyolali menurut cerita serat Babad Pengging Serat Mataram, nama Boyolali tak disebutkan. Demikian juga pada masa Kerajaan Demak Bintoro maupun Kerajaan Pengging, nama Boyolali belum dikenal. Namun menurut legenda, nama BOYOLALI berhubungan dengan ceritera Ki Ageng Pandan Arang (Bupati Semarang pada abad XVI). Alkisah, Ki Ageng Pandan Arang yang lebih dikenal dengan Tumenggung Notoprojo diramalkan oleh Sunan Kalijogo sebagai Wali penutup menggantikan Syeh Siti Jenar. Oleh Sunan Kalijogo, Ki Ageng Pandan Arang diutus untuk menuju ke Gunung Jabalakat di Tembayat (Klaten) untuk syiar agama Islam. Dalam perjalananannya dari Semarang menuju Tembayat, Ki Ageng banyak menemui rintangan dan batu sandungan sebagai ujian.


Kota Boyolali, Jawa Tengah.
Ki Ageng berjalan cukup jauh meninggalkan anak dan istri ketika berada di sebuah hutan belantara beliau dirampok oleh tiga orang yang mengira beliau membawa harta benda ternyata dugaan itu keliru maka tempat inilah sekarang dikenal dengan nama SALATIGA. Perjalanan diteruskan hingga sampailah disuatu tempat yang banyak pohon bambu kuning atau bambu Ampel dan tempat inilah sekarang dikenal dengan nama Ampel yang merupakan salah satu kecamatan di Boyolali. Dalam menempuh perjalanan yang jauh ini, Ki Ageng Pandan Arang semakin meninggalkan anak dan istri. Sambil menunggu mereka, Ki Ageng beristirahat di sebuah Batu Besar yang berada di tengah sungai. Dalam istirahatnya Ki Ageng Berucap “ BAYA WIS LALI WONG IKI” yang dalam bahasa indonesia artinya “Sudah lupakah orang ini”. Dari kata "Baya Wis Lali" maka jadilah nama BOYOLALI.



Sumber; http://boyolalikab.go.id 
Foto: Wignyo Hery Susanto

 

MUSEUM HAMONG WARDOYO

Museum Hamong Wardoyo adalah salah satu calon objek wisata sejarah edukasi milik pemerintah Kabupaten Boyolali. Berlokasi di bekas Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Jl.Boyolali-Solo Km.2, Tegalwire, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali. Hamong Wardoyo, nama museum tersebut diambil dari nama Bupati pertama di Kabupaten Boyolali setelah Indonesia merdeka (Bupati Boyolali tahun 1947). Sekilas dari luar bangunan arsitekturnya modern dan berkonsep futuristik, warna cat dominan putih dengan taman rumput yang cukup terawat. Atap bangunan merupakan panel kaca tembus pandang, bangunan berbentuk seperti piramida dilengkapi lampu penerangan, sedikit mirip dengan konsep atap Museum Louvre di Paris, Prancis. Untuk bagian dalam museum, belum secara detail dipublikasikan karena memang belum dibuka untuk umum. Walaupun belum dibuka, hampir setiap sore fasad bangunan museum yang futuristik modern ini sering dipakai oleh anak-anak muda dan keluarga untuk berfoto-foto.
Museum Hamong Wardoyo
Direncanakan Museum tersebut akan berisi benda-benda sejarah dan budaya kabupaten Boyolali, direncanakan pula memasukkan kereta kencana, beberapa meriam kuno, serta sejumlah pusaka peninggalan Paku Buwono X yang saat ini tersimpan di rumah dinas bupati, termasuk pula kemungkinan beberapa arca situs masa Hindu-Budha yang disimpan di Rumah Arca Sonokridanggo. 

foto: timlo.net